//
you're reading...
Uncategorized

PERTUMBUHAN TERNAK POTONG

A.  PROSES  PERTUMBUHAN

Proses pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan berat hidup pada seekor ternak yang dimulai sejak terjadinya fertilisasi, yaitu saat bersatunya sel telur dengan spermatozoa sehingga terbentuk zygote, kemudian tumbuh menjadi embrio, foetus, dan selanjutnya lahir sebagai anak serta berakhir pada saat mengalami kematian yang alami sebagai akibat  proses penuaan . Pada proses pertumbuhan dapat dibedakan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu :

a.   Pertambahan (growth).

Pertumbuhan dalam arti pertambahan (growth) mempunyai pengertian sebagai pertambahan yang meliputi ukuran dan bobot dari suatu jaringan, misalnya jaringan daging, jaringan tulang dan jaringan syaraf. Dalam proses pertambahan ini gejala pertumbuhan dari suatu organ atau individu ditandai dengan sel-selnya bertambah banyak jumlahnya (proses perbanyakan sel) yang sering disebut dengan istilah hyperplasia dan bertambah besar sel-selnya atau proses prubahan bentuk sel, yang disebut dengan istilah hyperthropia.

b.   Perkembangan (development)

Pertumbuhan dalam arti perkembangan (development) mempunyai pengertian sebagai perubahan dari bentuk badan (body shape) atau konformasinya. Hal ini dapat terlihat jelas pada mahluk berderajad tinggi, misalnya perkembangan mental yang diikuti dengan perkembangan bentuk tubuhnya. Dengan kata lain, secara singkat proses perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan bentuk, struktur dam konformasinya.

Pola pertumbuhan secara keseluruhan, yaitu sejak fase embrional sampai dengan pertumbuhan yang maksimum yaitu pada saat dicapainya dewasa tubuh merupakan proses yang cepat dan mempunyai pola yang tetap dan apabila digambarkan dalam suatu diagram atau kurva maka akan berbentuk sigmoid ( letter S; S Shape Curve). Kurva sigmoid akan dapat terjadi apabila seekor ternak tumbuh dalam lingkungan yang optimal, namun apabila seekor ternak yang pada waktu masih muda pernah mengalami kekurangan makanan, maka pertumbuhannya akan terhambat dan pertambahan berat badannya rendah, sehingga kurva sigmoid tidak akan tercapai. Kurva sigmoid tersebut dapat digambarkan apabila dilakukan penimbangan berat badan dari seekor ternak pada selang waktu tertentu dan perubahan berat badan tersebut digambar dalam suatu diagram maka akan terlihat sebagai kurva yang berbentuk sigmoid.

B.  FASE-FASE  PERTUMBUHAN

Pada proses pertumbuhan  yang berlangsung mulai dari saat fertilisasi sampai dengan ternak mengalami kematian sebagai akibat proses penuaan dapat terbagi dalam 3 (tiga) fase berdasarkan pada kecepatan pertumbuhannya, yaitu :

  1. Fase stasioner/ fase initial/ fase latent.

Pada fase ini dimulai dari masa embrional sampai dengan foetus berumur 2/3 masa kebuntingan, misalnya untuk sapi sampai foetus berumur 6 bulan dalam kandungan. Dalam fase ini belum terlihat dengan jelas pertumbuhannya apabila dibandingkan dengan pertumbuhan secara keseluruhan akan tetapi persentase kecepatan tumbuh  (persentage growth rate) adalah tinggi. Hal ini disebabkan bahwa walaupun rata-rata pertambahan berat harian (Average Daily Gain) relatif rendah tetapi berat hidupnya juga rendah sehingga perbandingan antara rata-rata pertambahan berat harian (Average Daily Gain) dengan berat hidupnya menjadi tinggi.

2. Fase eksponensial/ fase logaritmis.

Fase ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu (a) bagian pertama, dimulai dari umur foetus 1/3 akhir masa kebuntingan sampai dengan dicapainya umur dewasa kelamin (pubertas), misalnya pada sapi dari umur 3 bulan menjelang lahir sampai dengan umur pubertas yaitu 7-8 bulan. Pada fase bagian ini merupakan fase pertumbuhan yang memiliki kecepatan tumbuh paling cepat sehingga dapat dilihat dengan jelas kecepatan pertumbuhannya. Pada umumnya rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) maksimum dicapai pada saat menjelang pubertas yang disebut maximum growth rate, (b) bagian kedua, dimulai saat pubertas sampai tercapainya ukuran tubuh yang maksimal, yaitu pada sapi sampai umur 7-8 tahun. Pada fase bagian ini merupakan fase yang proses pertumbuhannya berangsur-angsur kecepatannya berkurang  sampai suatu saat tidak terjadi proses pertumbuhan.

Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) akan mencapai titik nol (ADG = 0) pada saat dewasa tubuh maksimum dan pada saat itulah ternak tidak mengalami kenaikan berat badan lagi bahkan dapat terjadi penyusutan berat badan. Pada fase eksponensial/logaritmis ini grafik persentase kecepatan tumbuh (persentage growth rate) menunjukan kecenderungan menurun dan hal ini disebabkan meskipun  rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) besar tetapi berat hidupnya mempunyai kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) itu sendiri.

3. Fase regresi.

Fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan berakhir sampai dengan terjadinya kematian yang alami. Pada fase ini tidak terjadi pertumbuhan, bahkan memungkinkan terjadi adanya suatu penyusutan berat atau ukuran sehingga dikatakan fase regresi. Setelah pertumbuhan maksimum dicapai, maka proses pertumbuhan dapat dikatakan berhenti tetapi dilanjutkan dengan proses lain dari kehidupan yang meliputi proses regenerasi, reparasi, reproduksi, dll. Pada saat berat maksimal dicapai, berat tersebut bertahan sampai kemudian berkurang dan apabila mulai berumur sangat tua terlihat mengalami penyusutan berat yang nyata dan saat itulah terjadi kecepatan pertumbuhan yang negatif.

Proses pertumbuhan apabila ditinjau dari ruang lingkup kehidupan ternak, maka  dapat dibagi dalam 2 (dua) periode waktu yaitu :

  1. Pertumbuhan pre-natal.

Pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan pada periode waktu selama masih embrio, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi foetus. Dengan kata lain, pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan pada periode waktu hidup dalam kandungan.  Pada periode ini pertumbuhan foetus yang terbesar mulai dari 2/3 akhir masa kebuntingan, oleh karena itu hendaknya mulai saat itu pemberian makanan induk diusahakan sebaik mungkin karena pada pertumbuhan pre-natal ini banyak dipengaruhi oleh kondisi induk melalui fungsi dari placenta. Sebagai contoh pada induk ternak perah yang sedang bunting akan dilakukan suatu periode kering kandang (tidak diperah) mulai umur kebuntingan 7 bulan dengan maksud agar air susu tidak diperah lagi dan energi dari air susu dipergunakan untuk memulihkan kondisi serta untuk mensuplai makanan foetus yang relatif pertumbuhannya cepat.

2. Pertumbuhan post-natal

Pertumbuhan post-natal dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan terjadinya kematian secara alami. Pada saat lahir sampai dengan saat penyapihan terjadi pertumbuhan yang relatif cepat dan kemudian setelah umur sapih mengalami penurunan sedikit. Kecepatan pertumbuhan anak sejak dilahirkan sampai dengan disapih sangat bergantung kepada atau banyak ditentukan oleh produksi air susu induk, disamping adanya pengaruh dari  makanan dan lingkungan. Dengan kata lain, pertumbuhan selama periode laktasi banyak dipengaruhi oleh faktor induk (maternal factor). Pada saat menjelang dewasa kelamin (pubertas) terjadi pertumbuhan yang cepat kembali, sedang pada saat menjelang dewasa tubuh (mature), laju pertumbuhan relatif lambat dan sesudah itu pemeliharaan ternak potong pada umumnya sudah tidak menghasilkan kenaikan berat badan lagi. Pada ternak sapi dewasa kelamin (pubertas) dicapai pada umur lebih kurang 8 bulan, sedangkan dewasa tubuh (mature) dimana maksimum  ukuran tubuhnya tercapai yaitu kira-kira pada umur 6-8 tahun.

C.  INDIKATOR  PERTUMBUHAN.

Pertumbuhan selalu terjadi dalam setiap mahluk hidup dan dimulai dari saat pembuahan serta berakhir sampai dengan saat mahluk mengalami kematian yang alami. Ditinjau dari aspek produksi, maka terjadinya pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan terjadinya perubahan-perubahan, antara lain :

  1. Perubahan ukuran badan, yaitu apabila ternak terlihat semakin bertambah tinggi dan panjang. Misal seekor sapi pada saat dilahirkan tingginya 75 cm dan pada saat umur sapih tingginya mencapai 105 cm, maka terjadi pertambahan tinggi badan 30 cm.
  2. Perubahan berat badan, yaitu ternak akan selalu bertambah berat yang dapat diketahui apabila dilakukan penimbangan dalam periode waktu tertentu. Misalnya seekor sapi pada saat lahir berat badannya 25 kg dan saat mencapai umur sapih memiliki berat badan 90 kg, maka terjadi pertambahan berat badan 65 kg.
  3. Perubahan bentuk badan ternak, yang dapat diketahui apabila dilakukan pengamatan pertumbuhan pada seekor ternak dimana seekor ternak pada waktu masih kecil terlihat bahwa kakinya panjang, tetapi setelah dewasa terlihat kakinya lebih pendek, dsb.

D.  FAKTOR  YANG  BERPENGARUH  PADA   PERTUMBUHAN.

Kecepatan  pertumbuhan untuk masing-masing ternak tidak akan selalu sama dan  hal ini disebabkan pengaruh dari beberapa faktor, antara lain :

1.  Aspek genetik

Bangsa ternak yang dikategorikan sebagai bangsa yang besar maka akan memiliki kecepatan  tumbuh yang lebih besar dibandingkan dengan bangsa ternak yang tergolong kecil. Perbedaan dalam tingkat sel antara embrio dari bangsa kecil (lokal) dengan bangsa besar (unggul) sudah terjadi 48 jam setelah fertilisasi. Beberapa contoh bangsa sapi yang dikategorikan sebagai bangsa sapi unggul yang terdapat diIndonesia, antara lain sapi simmental,hereford, angus,limousin, brahman.

2.  Aspek makanan

Pertumbuhan ternak secara optimum dapat tercapai apabila faktor makanan  mengandung semua zat gizi (nutrisi; nutrient) yang diperlukan oleh tubuh (protein, energi, vitamin, mineral) serta diberikan dalam jumlah yang cukup dan seimbang sesuai dengan jenis ternak, periode pertumbuhannya (umur, berat) dan tujuan pemeliharaan. Perbedaan tingkat pemberian nutrisi pada semua umur sejak fase foetus bukan hanya mengubah pertumbuhan secara umum, tetapi juga mempengaruhi jaringan dan berbagai organ. Dengan demikian, ternak dengan tingkat pemberian nutrisi yang berbeda walaupun bangsa, umur dan beratnya sama akan sangat berbeda dalam bentuk dan konformasinya. Ternak yang diberi makanan dibawah tingkatan kebutuhan hidup pokoknya (submaintenance) maka berbagai jaringan dalam tubuh akan dipakai untuk mensuplai energi dan protein untuk hidup pokoknya.

3.  Aspek hormonal

Pertumbuhan diatur oleh hormon pertumbuhan yang mempunyai fungsi untuk memacu sel tubuh agar berkembang dan membesar. Hormon pertumbuhan dari pituitary akan merangsang pertumbuhan yang pengaruhnya melalui sejumlah peptida serum dan somatomedium, sedangkan hormon lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan misalnya androgen, estrogen, hormon tiroid dari glukokortikoid bekerjanya dengan mengubah produksi dan aktivitas somato medium.

4.   Jenis kelamin

Hormon kelamin dapat berfungsi sebagai hormon pertumbuhan dengan memacu sel tubuh agar berkembang dan membesar sebagaimana hormon pertumbuhan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan urat daging ternak jantan cenderung lebih besar daripada pertumbuhan urat daging ternak betina. Hal ini merupakan refleksi perbedaan dalam ukuran badan secara keseluruhan dipengaruhi oleh jenis kelamin.

5.  Aspek lingkungan

Suhu lingkungan yang secara normal dapat ditoleransi oleh organisme berkisar antara 0 – 40o C, tetapi kisaran suhu lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ternak secara optimal adalah 18 – 22o C. Persoalan regulasi panas pada ternak mempunyai kepentingan ekonomis, dimana sapi dan domba cenderung mempertahankan suhu tubuhnya pada level konstan yang optimum untuk aktivitas biologisnya. Mengekpos ternak pada suhu panas atau dingin dalam waktu yang lama akan melibatkan perubahan hormon yang spesifik terhadap kedua stress tersebut, tetapi mengekpos ternak secara mendadak terhadap suhu panas dan dingin sangat berbahaya karena akan menimbulkan reaksi yang kompleks dari sistem endokrin yang disebut general adaptation syndrome. Ternak sapi yang tinggal di daerah beriklim dingin pada umumnya akan memiliki tubuh yang kompak dengan kaki dan leher yang pendek dan ditutupi oleh bulu yang panjang. Ternak sapi yang dipelihara di daerah beiklim sedang akan mempunyai kerangka yang relatif kurang kompak. Ternak sapi yang berasal dari daerah panas (tropis) akan mempunyai kerangka persegi, anggota badan yang lebih besar dan terdapat lipatan kulit yang menggantung antara kerongkongan dan dada serta memiliki bulu yang sangat pendek.

Kecepatan pertumbuhan ternak perlu diketahui karena dapat digunakan untuk menentukan produksi daging dan terutama sangat penting sebagai pedoman atau kriteria seleksi untuk ternak bakalan yang akan digemukkan. Sebagai contoh pada ternak sapi didapat keterangan dari kurva pertumbuhannya, yaitu bahwa agar memperoleh hasil yang baik untuk memproduksi daging maka hendaknya dipilih sapi yang setidaknya masih dalam proses pertumbuhan, yaitu sapi-sapi yang umurnya berkisar antara 1 – 3 tahun.

Pertumbuhan yang cepat tidak berarti selalu harus pada kondisi ternak sebelum pubertas, karena ternak dewasapun dalam keadaan sehat namun memiliki kondisi tubuh kurus yang diakibatkan mengalami stress karena pengaruh makanan, iklim dsb., dapat pula tumbuh dengan cepat setelah mendapatkan perbaikan. Hal ini dikenal dengan istilah pertumbuhan dipercepat atau pertumbuhan kompensasi (Compensatory growth).

Discussion

No comments yet.

Leave a comment

Categories